Laporan mengidentifikasi tiga pilar untuk memperkuat Sektor ekonomi dan keuangan di Indonesia:
Meningkatkan permintaan dan penawaran pembiayaan; meningkatkan akses dan penggunaan jasa keuangan, memperluas dan meningkatkan kualitas produk-produk pasar keuangan dan memobilisasi tabungan jangka panjang
Meningkatkan alokasi sumber daya melalui sektor keuangan; mendorong persaingan di sektor perbankan, memperkuat kerangka kepailitan, dan melindungi konsumen.
Memperkuat ketahanan sistem keuangan untuk menghadapi guncangan finansial dan non-finansial, meningkatkan efektivitas pengawasan di sektor keuangan, memperkuat kerangka kesiapan krisis serta resolusinya, dan mendorong pengelolaan risiko terkait iklim dan bencana alam.
10 temuan laporan mengenai ekonomi Indonesia:
Perekonomian Indonesia mengalami percepatan sebesar 3,7 persen pada akhir tahun 2021 seiring keluarnya negara ini dari gelombang COVID Delta. Momentum ini dilanjutkan hingga awal tahun 2022 di angka 5 persen (yoy), bergerak maju menuju peningkatan konsumsi dan investasi. Akan tetapi, akibat situasi global yang semakin menantang, negara ini mulai merasakan tekanan yang disebabkan oleh naiknya harga serta pengetatan keuangan eksternal.
Harga energi yang lebih mahal menyebabkan naiknya harga pangan akibat kenaikan biaya modal pertanian. Harga minyak goreng dan bahan pangan lainnya juga mengalami kenaikan akibat kurangnya pasokan dan meningkatnya permintaan di tingkat global. Sebagian besar perusahaan telah mulai beroperasi kembali, tetapi masih di bawah kapasitas normal. Perusahaan-perusahaan besar dan yang berorientasi kepada ekspor serta bisnis di bidang layanan nilai tambah yang tinggi berhasil pulih lebih cepat dibandingkan dengan UMKM.
Defisit anggaran mengecil pada tahun 2021 (dari 6,1 persen dari PDB pada tahun 2020 menjadi 4,6 persen pada tahun 2021) berkat pemulihan pendapatan dan pelambatan pembelanjaan. Jumlah hutang Pemerintah sedikit meningkat dari 38,6 persen dari PDB menjadi 40,7 persen pada tahun 2020-2021. Anggaran tahun 2022 mengalami penurunan dukungan COVID yang sebelumnya tinggi, seiring pengaturan-ulang fokus pemerintah ke arah layanan kesehatan dan penanganan dampak perang di Ukraina.
Oleh karena itu, empat bidang reformasi struktural dapat memainkan peranan yang lebih penting dalam menstimulasi perekonomian: reformasi perpajakan untuk memperbesar pembelanjaan publik yang berkualitas; memprioritaskan reformasi lingkungan usaha untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); mengubah kebijakan perdagangan untuk perkembangan industri hilir yang lebih hijau; serta pendalaman sektor keuangan.
Sektor keuangan Indonesia mengalami kendala yang menahan perkembangan keuangan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan. Sampai saat ini, sektor keuangan Indonesia relatif kecil, mahal dan rentan terhadap risiko global tetapi pembuat kebijakan memiliki kesempatan untuk mengatasi kendala utama.
Memperluas pinjaman/penggunaan layanan keuangan melalui produk dan layanan baru memberikan akses ke keuangan dan memfasilitasi transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Selain mendorong penggunaan rekening transaksi untuk perorangan dan rumah tangga, dukungan bagi layanan keuangan digital siap untuk mengatasi kendala kritis bagi UMKM.
Keuangan digital, persaingan, dan infrastruktur keuangan yang sehat memainkan peranan kunci dalam mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien. Keuangan digital dapat meningkatkan efisiensi dengan mendorong pembiayaan dalam skala besar dan diversifikasi risiko yang lebih besar melalui desain produk yang inovatif atau dengan mengintegrasikan teknologi baru atau model data yang lebih baik untuk layanan keuangan.
This site uses cookies to optimize functionality and give you the best possible experience. If you continue to navigate this website beyond this page, cookies will be placed on your browser. To learn more about cookies, click here.