ľ¹ÏÓ°Ôº

Skip to Main Navigation
publication26 Juni 2023

Indonesia Economic Prospects (IEP) June 2023: The Invisible Toll of Covid-19 on Learning

Click to watch the launch event. 

 (English .pdf) |  (Bahasa .pdf) 

Slide presentasi:  | 

10 Pesan Utama Laporan:
 

  • Walaupun lingkungan global sulit, pertumbuhan ekonomi Indonesia menguat menjadi 5,3 persen di tahun 2022, didorong oleh terms-of-trade yang positif dari ekspor komoditas dan pemulihan konsumsi swasta. Momentum ini berlanjut pada tahun 2023 di mana konsumsi swasta dan ekspor mendukung pertumbuhan 5 persen pada triwulan pertama (Q1-23) sementara muncul tanda-tanda pertumbuhan permintaan dalam negeri mulai melambat.
  • Perekonomian diproyeksikan melambat hingga 4,9 persen pada tahun 2023 dan secara umum akan berada di kisaran yang sama dalam jangka menengah. Pertumbuhan akan didukung oleh konsumsi swasta seiring berkurangnya tekanan inflasi. Pertumbuhan ekspor juga akan mengalami penurunan bersama dengan melemahnya harga-harga komoditas pada saat permintaan global melemah.
  • Dengan berperannya beberapa faktor terkait kebijakan, termasuk menurunnya harga minyak global, membaiknya hasil panen, diterapkannya intervensi pemerintah di tingkat daerah untuk mengurangi hambatan pasokan terutama untuk pangan dan beras, dan apresiasi Rupiah yang menurunkan biaya impor, inflasi menurun secara lebih cepat daripada yang tadinya diantisipasi oleh pasar. Headline inflation turun hingga mencapai 4 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada bulan Mei 2023, suatu titik inflasi terendah yang pernah dicatat sejak puncaknya pada bulan September 2022
  • Posisi kebijakan fiskal (fiscal stance) menjadi normal, mencerminkan konsolidasi fiskal yang lebih cepat, diperkuat oleh kenaikan pendapatan secara luas dan belanja publik yang tertahan. Dengan defisit fiskal sebesar 2,4 persen dari PDB pada tahun 2022, Pemerintah Indonesia telah kembali ke mandat/aturan fiskalnya satu tahun lebih awal dari yang ditargetkan.  Keseimbangan fiskal sepanjang tahun 2023 ini bertahan dengan surplus yang mencapai 0,6 persen PDB pada Q1-23, naik dari 0,1 persen PDB pada Q1-22. Sesuai dengan hasil konsolidasi fiskal, utang publik secara bertahap berkurang dan sekarang mencapai 39,2 persen pada bulan Maret 2023.
  • Dengan hasil yang mantap terlepas dari ketidakpastian global, Indonesia masih menghadapi hambatan struktural dalam pertumbuhannya, terutama berkaitan dengan penurunan produktivitas. Potensi pertumbuhan menurun karena berkurangnya input tenaga kerja, lemahnya pembentukan modal manusia dan lambatnya pertumbuhan produktivitas. Investasi dan, pada tingkat yang lebih rendah, input tenaga kerja telah menjadi pendorong pertumbuhan utama sebelum pandemi, tetapi semua pendorong pertumbuhan sekarang mengalami moderasi, khususnya produktivitas faktor total (Total Factor Productivity). 
  • Indonesia mengalami perbaikan yang stabil di banyak bidang mendasar, termasuk tata kelola sektor publik dan infrastruktur, selain menerapkan kerangka kebijakan makro yang mapan. Hal ini mengakibatkan dicapainya hasil penting dalam penanggulangan kemiskinan, termasuk terentaskannya masyarakat dari kemiskinan ekstrem.
  • Daya saing Indonesia belakangan ini mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara yang setara, sebagai akibat terjadinya beberapa distorsi di sebagian bidang kebijakan, misalnya peraturan bisnis, kebijakan di sektor keuangan, kerangka kompetisi serta kebijakan pasar kerja. Untuk dapat meningkatkan daya saing Indonesia, muncul kebutuhan untuk mengatasi kendala persaingan yang masih ada, seperti peraturan bisnis dan keterbukaan perdagangan. Indonesia dapat mencapai tujuannya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 jika kinerja pertumbuhan pendapatan nasional bruto (GNI) per kapitanya dapat terus dipertahankan selama 10 tahun terakhir.
  • Laporan ini juga menguraikan berbagai hasil dari studi Bank Dunia yang membandingkan data pembelajaran siswa kelas 4 sebelum (pada tahun 2019) dan setelah (pada tahun 2023) di sekolah-sekolah di Indonesia yang mengalami penutupan selama masa pandemi COVID-19. Akibat pandemi, pemerintah terpaksa menerapkan penutupan wajib terhadap lembaga-lembaga pendidikan selama sekitar 650 hari atau lebih dari 21 bulan.
  • Di tingkat nasional, para siswa kelas 4 di Indonesia pada tahun 2023 kehilangan keterampilan matematika mereka setara 11,2 bulan dan keterampilan bahasa setara 10,8 bulan jika dibandingkan dengan para siswa kelas 4 pada tahun 2019. Para siswa yang berasal dari keluarga miskin mengalami tantangan lebih hebat dengan kehilangan setara 18,1 bulan dan 27,2 bulan pembelajaran matematika dan bahasa, yang berakibat melebarnya ketidaksetaraan hasil belajar.
  • Studi ini menyoroti pentingnya mengatasi permasalahan penurunan kemampuan belajar (learning loss) dengan menstimulasi komitmen politik untuk pemulihan pembelajaran serta memulai serangkaian tindakan yang didukung sumber daya memadai untuk menyelesaikannya. Tindakan yang direkomendasikan termasuk menambah waktu belajar, mengajar pada tingkatan yang tepat bagi siswa dan memantau kinerja siswa, serta mengatasi ketidaksetaraan pembelajaran dengan menawarkan bantuan tepat sasaran bagi para siswa kurang mampu ataupun  tertinggal.