Walaupun lingkungan global sulit, pertumbuhan ekonomi Indonesia menguat menjadi 5,3 persen di tahun 2022, didorong oleh terms-of-trade yang positif dari ekspor komoditas dan pemulihan konsumsi swasta. Momentum ini berlanjut pada tahun 2023 di mana konsumsi swasta dan ekspor mendukung pertumbuhan 5 persen pada triwulan pertama (Q1-23) sementara muncul tanda-tanda pertumbuhan permintaan dalam negeri mulai melambat.
Dengan berperannya beberapa faktor terkait kebijakan, termasuk menurunnya harga minyak global, membaiknya hasil panen, diterapkannya intervensi pemerintah di tingkat daerah untuk mengurangi hambatan pasokan terutama untuk pangan dan beras, dan apresiasi Rupiah yang menurunkan biaya impor, inflasi menurun secara lebih cepat daripada yang tadinya diantisipasi oleh pasar. Headline inflation turun hingga mencapai 4 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada bulan Mei 2023, suatu titik inflasi terendah yang pernah dicatat sejak puncaknya pada bulan September 2022
Posisi kebijakan fiskal (fiscal stance) menjadi normal, mencerminkan konsolidasi fiskal yang lebih cepat, diperkuat oleh kenaikan pendapatan secara luas dan belanja publik yang tertahan. Dengan defisit fiskal sebesar 2,4 persen dari PDB pada tahun 2022, Pemerintah Indonesia telah kembali ke mandat/aturan fiskalnya satu tahun lebih awal dari yang ditargetkan. Keseimbangan fiskal sepanjang tahun 2023 ini bertahan dengan surplus yang mencapai 0,6 persen PDB pada Q1-23, naik dari 0,1 persen PDB pada Q1-22. Sesuai dengan hasil konsolidasi fiskal, utang publik secara bertahap berkurang dan sekarang mencapai 39,2 persen pada bulan Maret 2023.
Dengan hasil yang mantap terlepas dari ketidakpastian global, Indonesia masih menghadapi hambatan struktural dalam pertumbuhannya, terutama berkaitan dengan penurunan produktivitas. Potensi pertumbuhan menurun karena berkurangnya input tenaga kerja, lemahnya pembentukan modal manusia dan lambatnya pertumbuhan produktivitas. Investasi dan, pada tingkat yang lebih rendah, input tenaga kerja telah menjadi pendorong pertumbuhan utama sebelum pandemi, tetapi semua pendorong pertumbuhan sekarang mengalami moderasi, khususnya produktivitas faktor total (Total Factor Productivity).
Indonesia mengalami perbaikan yang stabil di banyak bidang mendasar, termasuk tata kelola sektor publik dan infrastruktur, selain menerapkan kerangka kebijakan makro yang mapan. Hal ini mengakibatkan dicapainya hasil penting dalam penanggulangan kemiskinan, termasuk terentaskannya masyarakat dari kemiskinan ekstrem.
Laporan ini juga menguraikan berbagai hasil dari studi Bank Dunia yang membandingkan data pembelajaran siswa kelas 4 sebelum (pada tahun 2019) dan setelah (pada tahun 2023) di sekolah-sekolah di Indonesia yang mengalami penutupan selama masa pandemi COVID-19. Akibat pandemi, pemerintah terpaksa menerapkan penutupan wajib terhadap lembaga-lembaga pendidikan selama sekitar 650 hari atau lebih dari 21 bulan.
Studi ini menyoroti pentingnya mengatasi permasalahan penurunan kemampuan belajar (learning loss) dengan menstimulasi komitmen politik untuk pemulihan pembelajaran serta memulai serangkaian tindakan yang didukung sumber daya memadai untuk menyelesaikannya. Tindakan yang direkomendasikan termasuk menambah waktu belajar, mengajar pada tingkatan yang tepat bagi siswa dan memantau kinerja siswa, serta mengatasi ketidaksetaraan pembelajaran dengan menawarkan bantuan tepat sasaran bagi para siswa kurang mampu ataupun tertinggal.
This site uses cookies to optimize functionality and give you the best possible experience. If you continue to navigate this website beyond this page, cookies will be placed on your browser. To learn more about cookies, click here.