Tanaman mangrove memiliki peran penting dalam mendukung mata pencaharian masyarakat pesisir, melindungi pantai dari bencana alam, dan mengurangi dampak perubahan iklim global. Tanaman ini dapat berkontribusi untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan bumi layak huni. Mengingat Indonesia memiliki hutan mangrove terbesar dan paling beragam di dunia, tanaman ini memiliki peran yang sangat penting.
Menyadari nilai penting dan fungsi ekosistem mangrove, Pemerintah Indonesia memberikan insentif kepada masyarakat setempat untuk menanam mangrove yang akan didukung oleh program Bank Dunia Mangroves for Coastal Resilience. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan sumber pendapatan baru bagi masyarakat, memberdayakan perempuan, meningkatkan laba usaha perikanan, dan melindungi daerah pesisir dari banjir. Konservasi ekosistem mangrove yang sehat dan penanaman kembali menjadi sangat penting jika Indonesia ingin mewujudkan rencana ambisiusnya untuk mengubah hutan dan jenis lahan lainnya menjadi area penyerap karbon pada tahun 2030.
Indonesia adalah rumah bagi ekosistem mangrove terbesar dan paling beragam di dunia. Mangrove menjadi sangat penting karena membantu mata pencaharian masyarakat pesisir melalui usaha perikanan (ikan, kepiting, dan makanan laut lainnya); melindungi pesisir dari bencana; dan menyerap sekitar 3,14 miliar ton karbon dioksida atau setara dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sekitar 2,5 miliar kendaraan yang dikendarai selama satu tahun, sehingga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim global. Pohon mangrove menyerap karbon jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis pohon lainnya.
Mangrove di daerah pesisir yang telah berkembang bernilai sekitar $50.000 atau kurang lebih Rp780 juta per hektar , berkat perannya dalam perlindungan banjir. Meskipun bernilai tinggi, hutan-hutan ini terus-menerus berkurang dan berubah menjadi fungsi lain, seperti akuakultur, agrikultur, dan infrastruktur (misalnya perumahan dan pariwisata). Berkurangnya hutan mangrove ini meningkatkan risiko bencana, seperti banjir, erosi, dan badai yang mengancam penduduk di daerah pesisir. Hal ini juga mengurangi produktivitas usaha perikanan, mengurangi keanekaragaman hayati (terutama spesies yang bergantung pada hutan mangrove sebagai habitat, seperti ikan, kepiting, dan hewan laut lainnya), dan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Bahkan, berdasarkan , Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan proyek blue carbon berbasis mangrove dengan nilai bersih saat ini (NPV) sebesar $532 juta atau sekitar Rp8,3 triliun dan mengurangi hingga 11 juta ton karbon dioksida setiap tahun.
Mangrove yang baru ditanam dan yang sudah tumbuh sempurna di taman wisata alam mangrove, Jakarta Utara. Foto: Bank Dunia
Mangrove dapat dipulihkan, tetapi biaya untuk melakukannya sangat tinggi (antara $1.640 hingga $3.900 atau sekitar Rp25,5 juta hingga Rp60,8 juta per hektar di Indonesia), dan upaya di negara-negara lain seringkali gagal. Sekitar setengah dari hutan mangrove Indonesia, yaitu 1,82 juta hektar, adalah ¡®berkualitas tinggi¡¯ dengan sedikit atau tanpa degradasi sama sekali. Sisanya, sekitar 1,58 juta hektar hutan mangrove yang mengalami degradasi (yaitu hutan mangrove yang sebagian berubah fungsi menjadi lahan lain, seperti tambak akuakultur) sangat membutuhkan rehabilitasi.
Indonesia telah melakukan berbagai upaya konservasi, salah satunya melalui Peta Satu Mangrove, yang memetakan luas dan kualitas kawasan mangrove di seluruh wilayah. Pada tahun 2021, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menerbitkan pedoman resmi tentang manajemen kawasan mangrove yang melibatkan partisipasi masyarakat.
Upaya ini dapat ditingkatkan dengan memperkuat kebijakan menyeluruh tentang pengelolaan kawasan mangrove dan mengintegrasikan zonasi hutan mangrove ke dalam perencanaan tata ruang, termasuk untuk infrastruktur pesisir. Pemerintah juga dapat memperluas cakupan moratorium pemberian izin untuk mengonversi hutan primer dan lahan gambut dengan menyertakan semua jenis hutan mangrove.
Nini telah menanam mangrove di lahan pemerintah sejak tahun 2021, yang memberinya penghasilan tetap. Foto: Ebe/Bank Dunia
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam konservasi dan restorasi hutan mangrove. Sejak tahun 2021, Pemerintah Indonesia telah memberikan insentif kepada masyarakat untuk menanam mangrove. Program ini telah mengubah kehidupan banyak penduduk setempat.
"Upah yang saya terima dapat menghidupi keluarga saya," kata Nini, seorang penanam mangrove. "Saya bisa membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya. Saya bersyukur atas pekerjaan ini. Teman saya dan saya menanam mangrove bersama-sama, dan kami senang melakukannya. Program ini membantu warga sekitar."